Jumat, 12 Maret 2010

Tujuh Tugas Utama Alfred Riedl

Alfred Riedl datang di saat sepakbola Indonesia mengalami penurunan terendah.

Belum lama ini, PSSI mengklaim telah menjadikan Alfred Riedl sebagai pelatih timnas senior dan U-23. Kedua tim itu diharapkan meraih kesuksesan. Timnas senior akan berlaga di ajang kualifikasi Piala Dunia 2014 dan Piala AFF 2010. Sedangkan timnas U-23 berusaha mengembalikan kehormatan, sekaligus meraih medali emas di SEA Games 2011, ketika Indonesia menjadi tuan rumah.

Tentunya memegang dua jabatan sekaligus bukan pekerjaan mudah bagi Riedl dalam mewujudkan target yang akan dibebankan kepada tim besutannya. SEA Games 2011 sudah pasti wajib meraih medali emas. Begitu juga dengan timnas senior yang musti mendapatkan gelar juara di Piala AFF, dan, jika memungkinkan, lolos ke putaran final Piala Dunia 2014 zona Asia.

Menjadi pelatih timnas Indonesia bukan pekerjaan mudah. Riedl, bila akhirnya resmi menjadi arsitek timnas, harus bekerja keras untuk menyiapkan prorgam dalam jangka waktu singkat.Pasalnya, kualifikasi Piala Dunia 2014 dan Piala AFF 2010 sudah memasuki hitungan bulan.

Tugas pertama Riedl adalah harus mencermati jadwal kompetisi Superliga Indonesia 2009/10 serta 2010/2011. Tidak beresnya penyelenggaraan akibat pengunduran jadwal pertandingan, akan memberikan pengaruh terhadap agendanya mempersiapkan timnas senior pada masa jeda kompetisi.

Karena itu, Riedl selanjutnya wajib melakukan koordinasi dengan pelatih klub. Koordinasi ini bisa berupa blue print yang akan diterapkannya dalam program pelatnas, terutama di kualifikasi Piala Dunia 2014. Selama ini, tidak ada kejelasan komunikasi pelatih timnas dengan klub.

Setelah menemui kesamaan pandangan mengenai program yang akan diterapkannya saat menggelar pelatnas, maka Riedl melakukan pemantauan terhadap pemain di saat kompetisi berjalan. Mantan juru taktik Austria ini tidak perlu lagi menerima sodoran nama yang diberikan pengurus atau pelatih klub.

Riedl juga harus mempunyai ketegasan dalam menentukan pemain. Sudah menjadi rahasia umum bila intervensi dari pengurus PSSI kerap terjadi. Biasanya, hal ini terjadi ketika arsitek timnas ditangani pelatih lokal. Riedl juga perlu tidak mengandalkan pemain yang itu-itu saja setiap kali berlaga. Selama pemain itu bisa menerapkan strateginya di atas lapangan, serta tampil konsisten, maka dia pantas menjadi punggawa timnas.

Terapkan kedisiplinan dan ketegasan terhadap pemain. Selama ini sudah terlalu sering pemain terlambat masuk pelatnas. Padatnya kompetisi menjadi alasan paling ampuh bagi para pemain untuk terlambat. Begitu juga dengan disiplin pemain. Sebab, terkadang sejumlah pemain keluar sampai larut malam. Ivan Venkov Kolev pernah menerapkan tangan besi kepada pemain seperti ini tanpa pandang bulu, walau pemain itu senior, dan tenaganya dibutuhkan tim.

Kendala komunikasi selalu terjadi bila timnas ditangani pelatih asing. Sebab, tidak sedikit pemain nasional yang mampu berbicara bahasa Inggris, atau mengerti petunjuk dari pelatih. Dibutuhkan seorang asisten yang mampu menerjemahkan kepada pemain yang sesuai dengan keinginannya.

Membentuk karakter timnas agar mempunyai motivasi dan ambisi menjadi yang terbaik. Selama ini, nyali pemain sudah kecil lebih dulu jika menghadapi lawan tangguh. Pembentukan karakter diperlukan agar pemain tidak merasa berkecil hati dalam kondisi seperti itu. Riedl mempunyai modal untuk melakukan ini, karena dia pernah menangani Laos di SEA Games 2009 lalu, ketika tim lemah di Asia Tenggara itu mempecundangi Indonesia.

Bila semua hal itu dilakukan, bukan mustahil timnas senior dan U-23 bisa mendapatkan hasil yang diinginkan, setidaknya mendekati target yang telah dicanangkan Riedl. Keberhasilan di kualifikasi Piala Dunia 2014, Piala AFF, serta SEA Games 2011 akan menghilangkan kekecewaan publik sepakbola nasional yang sudah dahaga prestasi.

(source: goal.com)

Tidak ada komentar: