Rabu, 05 Oktober 2011

Tanda Panah Penipu #DDP #DasPen

i'm co(u)m(m)ing !!!
ya, kali ini gw mau post tugas DDP selanjutnya *sesuai request dari mbak ipeh*
well, gw ga mau panjang lebar ah.
just check this out!

Kulangkahkan kakiku gontai menyusuri koridor menuju ke pintu keluar gedung kuliah. Sesaat setelah keluar dari gedung kuliah, langkahku kembali terhenti. Aku berusaha mengamati keadaan sekitarku guna mencari suatu objek yang menurutku menarik untuk dijadikan bahan dalam tugas dasar-dasar penulisanku. Mataku mulai mencoba untuk menyapu dan menyerap hal-hal apa saja yang kulihat. Diluar dugaan, aku menemukan sesuatu yang mengganjal menurutku. Itu adalah panah penunjuk arah jalan.

Suatu hal yang ganjil menurutku melihat panah penunjuk arah jalan tersebut. Panah tersebut tertempel di beberapa tempat yang nampaknya bertujuan untuk menunjukkan sebuah tempat akhir yang sama. Kuperhatikan tanda panah tersebut, lalu kulihat tulisan ‘KINE’. Aku lalu teringat akan kegiatan yang dilakukan KINE pada kamis lalu, yaitu pemutaran film.

Ingatanku kembali pada masa pemutaran film tersebut. Setelah berfikir sejenak, akhirnya aku mengerti bahwa tanda panah tersebut adalah petunjuk jalan bagi kami, mahasiswa baru komunikasi 2011, yang tertarik untuk bergabung dengan KINE dan ikut menyaksikan pemutaran film yang mereka adakan.

Dari apa yang kuamati, tanda panah tersebut tidak hanya bermula dari mulai menuruni tangga tersebut saja namun masih banyak lagi awal mula tanda panah tersebut. Sehingga, bagi kami yang datang dari arah mana pun, akan dengan mudah menemui ruangan tempat pemutaran film tersebut.

Tanda panah tersebut terlihat sangat menarik bagiku. Hal tersebut dikarenakan acara yang diadakan telah berlalu 4 hari namun tanda panah tersebut masih saja belum dilepas. Akan semakin menarik lagi apabila ada seseorang yang merasa tertarik lalu benar-benar menuju ke ruangan yang ditunjukkan dan pada akhirnya tertipu. Ini ceritaku, apa ceritamu?


ya segitu aja deh postingan kali ini, semoga tugasnya berkenan ya mbak ipeh ;;)

salam hangat,
Shinichi Kuda
Selengkapnya...

Senin, 26 September 2011

Shinichi Kuda ?? WTF ?!

hahaha...
mungkin itu yang terlintas di kepala lu semua pas liat blog gw.
tpi yang jelas gw punya alasan kenapa "Shinichi Kuda" jadi nama blog gw dan nama user gw di blog ini.

hmm, sejujurnya nama Shinichi Kuda itu punya sejarah yg cukup panjang buat gw.
nama itu dikasih oleh kakak angkat gw, kak Ulva Febiandita *sorry i can't link it to your profile, your facebook account already deactivated, right? :(*

yaa..
itu nama yg dikasih kk ulva sbagai nama suci gw pas pngukuhan ekskul 2 tahun lalu *yg anak jubel pasti ngrti, yg bukan ya kasihan deh ga ngerti :p*

sebuah nama yg jelas bgt punya arti yang sangat berarti (?) dalam hidup gw.
jadi skrg gw cuma pngen buat clear klo gw pilih nama shinichi kuda itu bukan karena gw ngefans sama kembaran gw shinichi kudo *walau sbenernya gw addict sama manga detective conan* tapi karena itu adalah nama suci gw dari kk angkat gw di sekolah.
sejujurnya, nama suci gw itu "Shinichi Kuda Yiha-Yiha", tpi gw rasa ga keren abis klo mau gw masukin lengkap, yaudah gw potong jadi shinichi kuda aja deh biar keren :v

cukup sekian deh kayaknya post gw kali ini..
salam hangat, shinichi kuda :v
Selengkapnya...

Menuruni Tangga Lalu Pulang #DDP #DasPen

well, kali ini gw mau post tentang tugas dasar-dasar penulisan gw yang baru aja tadi disuruh sm dosen gw.
tujuan dari gw post ini tugas disini sih ya sbenernya cuma untuk menuh-menuhin blog ini aja lol :v
yaudah cukup deh narasi geje nya, cekidot!!

“Baiklah, demikian kuliah kita hari ini. Sampai jumpa senin depan.”, begitulah kira-kira kata penutup yang disampaikan dosenku untuk menutup kuliah pada siang hari ini. Begitu dosen menutup kuliah pada hari ini, mataku pun langsung tertuju pada sebuah jam tangan yang melingkar di pergelangan kanan tanganku. Aku pun melihat waktu yang ditunjukkan oleh jam tanganku sambil tersenyum kecil. Waktu masih menunjukkan sekitar pukul 11 sementara sesuai jadwal, kuliah ini seharusnya berakhir pukul 12 siang. Kuliah yang berakhir lebih cepat ini tentu membuat hatiku girang.

Ya, wajar adanya apabila waktu kuliah yang berakhir lebih awal ini dirayakan dengan sukacita. Namun ada hal yang mengganjal dalam hatiku yang membuatku tidak merasakan sukacita yang mendalam atas waktu kuliah yang selesai lebih awal ini. Apakah itu? Ya, itu adalah TUGAS!
Waktu kuliah yang berakhir cepat ini pun rasanya terasa menyesakkan dikarenakan sang dosen memberi kami tugas untuk menuliskan tentang hal apa yang pertama kali kami temui ketika keluar dari gedung kuliah melalui pintu sebelah selatan. Satu hal lagi yang membuatku rasanya tidak bisa menikmati pulang cepat kali ini adalah tugas ini harus dikumpul besok pagi. “Ya Tuhan...”, eluhku dalam hati.

Kulangkahkan kakiku menuju keluar dari ruang kelas sembari berfikir mencari ide tentang hal apakah yang harus kutulis di tugasku nanti. Langkah kakiku secara pasti membawaku keluar kelas dan menuju ke koridor. Aku pun terus menelusuri koridor tersebut hingga pada akhirnya aku sampai di depan pintu selatan dari gedung kuliahku. Secara mantap aku melangkahkan kakiku keluar dari pintu. Namun, sebelum menyusuri tangga untuk turun kakiku terhenti sejenak.

Seperti biasanya, setiap hari ketika aku keluar dari gedung kuliah langkah kakiku memang selalu terhenti sebelum menuruni tangga. Tatapan mataku tertuju kepada mading yang berada di sisi timur dari jalan menuju tangga untuk turun kebawah. Mading inilah yang biasanya menjadi sumber informasi untukku mengenai kegiatan atau hal hal lainnya. Setelah mataku menyapu seluruh informasi yang ada di mading tersebut walaupun menurutku tidak satupun yang menarik, dengan mantap kakiku berjalan menuruni tangga.
Setelah menuruni tangga, aku diam sejenak. Memerhatikan sekelilingku sambil mencari inspirasi tentang hal apa yang harus kutulis atau mungkin dalam kasus ini kuketik di tugasku. Sejujurnya, tidak ada satupun hal yang menurutku cukup menarik untuk kutuliskan di tugasku tersebut. Yang kulihat hanyalah pemandangan biasa dimana banyak kumpulan-kumpulan anak manusia yang sedang berbincang entah apa yang diperbincangkan. Ada diantara mereka yang sambil merokok, membaca buku, membuka laptop, serta makan. Sebuah pemandangan yang benar-benar biasa menurutku.

Sejenak aku berfikir tentang hal apa yang harus kutulis dalam tugasku. Beberapa saat kemudian aku pun mulai melangkah keluar areal kampus lalu pulang. Dari hasil pemikiranku tadi, akhirnya aku memutuskan untuk menjadikan tulisan ini sebagai tugasku tersebut walaupun sedari awal aku memang telah memutuskan bahwa tulisan ini akan menjadi tugas yang kukumpulkan esok hari. Ini ceritaku, apa ceritamu?


sekian post gw kali ini..
salam hangat, Shinichi Kuda :v
Selengkapnya...

Puedo usar mi tarjeta de hechizo, Revivo Monstro!

"I use my spell card, Monster Reborn!", begitulah kira-kira arti dari judul post kali ini.
Ya, ini menandai kebangkitanku setelah berabad-abad lamanya vakum dari blog ini *evil laugh*

Sejujurnya, gw udah ngrasa cukup males untuk ngisi blog ini lagi..
Tapi dikarenakan gw ga mau fans gw nangis-nangis karena gw ga pernah update blog lagi, maka pada akhirnya gw memutuskan untuk kembali nulis lagi di blog ini.

Hmm...
hal ini juga tidak terlepas dari dosen Dasar-Dasar Penulisan gw yaitu Mas Nunung Prajarto yang sedikit banyak memompa semangat gw utk kembali aktif ngisi blog ini dgn tulisan-tulisan gw sendiri walaupun sbelumnya rata-rata isi blog ini cuma hasil dari "ctrl+c" serta "ctrl+v" lol :v

Well,
ya mulai saat ini gw berdeklarasi bahwa gw mau mulai aktif lagi ngisi blog ini.
dan semoga deklarasi ini akan abadi selamanya (?) lol :v Selengkapnya...

Selasa, 04 Januari 2011

Sebuah Surat Untuk Aburizal Bakrie

Bung Ical yang terhormat,
Saya percaya anda lebih berkuasa dari presiden di negara ini
Sri Mulyani anda singkirkan dan mengungsi dari tanah kelahiran yang dicintainya
Satgas anda bungkam sehingga tak lagi bersuara
Kepolisian dan Kejaksaan anda injak saat mereka menangani sang perampok: gayus
sehingga anda pun tidak akan terkait dengan kebusukannya

Saya percaya anda juga telah menebar magnet kharisma anda yang bernama rupiah di petinggi PSSI
Juga menanam sanak keluarga, handai taulan di tempat ini: Nirwan, Nurdin Halid, Andi Darussalam..
Tapi biarkan olahraga yang satu ini tetap menjadi milik kita, jangan anda rebut lagi
Anda boleh menguasai yang lainnya, apapun atau siapapun yang bisa anda beli dengan kekayaan anda

Kami tidak peduli anda menjadi ketua partai dengan cara membeli orang-orang yang sekarang menjadi pembela anda nomor wahid
Tapi tolong jangan anda kotori kesucian olahraga ini

Bung Ical
Anda bisa memiliki segalanya, tapi jangan yang satu ini
Biarkan ini tetap menjadi milik kami
Biarkan kami meneriakkan gairah kami pada permainan yang satu ini
Bagi kami inilah ekstasi untuk sejenak melupakan kepenatan kami atas kerasnya hidup yang mungkin
tidak pernah anda rasakan sejak anda menghirup udara di dunia ini
Biarkan kami meneriakan nama-nama pahlawan kami kami: Bambang Pamungkas! (bukan bambang soesatyo), Markus Horison! (bukannya (melchias) markus mekeng), Firman Utina! (tidak firman
soebagyo)

Bung Ical
Tidak kah anda melihat dan cemburu karenanya?
Bagaimana kami melonjak, berteriak dan tersenyum bahagia sekedar dapat melihat pujaan kami
Kami teriakkan nama-nama mereka dengan cinta tanpa pamrih rupiah
Irfan Bachdim!!! Christian Gonzales!!! Okto!!
Saat ini mereka adalah pahlawan kami
Pahlawan dengan parfum keringat yang menetes, bukannya armani
Pahlawan yang berkaus basah dan bercelana pendek, bukan pahlawan dalam setelan jas dan dasi
Pahlawan di lapangan rumput, tidak di gedung berpendingin ruangan di senayan

Tidak kah bung bertanya, mengapa kami menjadikan mereka pahlawan?
Karena mereka mencoba dengan sekuat tenaga, dengan keringat dan air mata membuat kami bahagia
Oleh karenanya, apapun hasil perjuangan mereka, nama mereka akan selalu lekat di hati kami,
mereka tetap pahlawan kami
Kami pun bahagia menjadi bagian dari perjuangan mereka, walau sekedar teriakan penyemangat
Akan kami ceritakan saat-saat perjuangan mereka kelak kepada anak cucu kami

Bung Ical
Anda berkeinginan untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini kelak
Oleh karena itu jangan biarkan remah-remah simpati yang tersisa pada kami lenyap
Anda mungkin ingat ungkapan : "we may forgive, but we'll never forget"
Kami tidak bisa berbuat apa-apa, tapi kami akan ingat selamanya :Lapindo, penggelapan pajak...
Jangan anda tambah kekecewaan kami dengan merebut permainan ini dari kami
Jika anda ingin mendapat sedikit ucapan terima kasih dari kami
tolong anda bisikkan sesuatu kepada Nurdin agar ia segera menyingkir dari olahraga ini

Terima kasih bung Ical
Selengkapnya...