Selasa, 04 Januari 2011

Sebuah Surat Untuk Aburizal Bakrie

Bung Ical yang terhormat,
Saya percaya anda lebih berkuasa dari presiden di negara ini
Sri Mulyani anda singkirkan dan mengungsi dari tanah kelahiran yang dicintainya
Satgas anda bungkam sehingga tak lagi bersuara
Kepolisian dan Kejaksaan anda injak saat mereka menangani sang perampok: gayus
sehingga anda pun tidak akan terkait dengan kebusukannya

Saya percaya anda juga telah menebar magnet kharisma anda yang bernama rupiah di petinggi PSSI
Juga menanam sanak keluarga, handai taulan di tempat ini: Nirwan, Nurdin Halid, Andi Darussalam..
Tapi biarkan olahraga yang satu ini tetap menjadi milik kita, jangan anda rebut lagi
Anda boleh menguasai yang lainnya, apapun atau siapapun yang bisa anda beli dengan kekayaan anda

Kami tidak peduli anda menjadi ketua partai dengan cara membeli orang-orang yang sekarang menjadi pembela anda nomor wahid
Tapi tolong jangan anda kotori kesucian olahraga ini

Bung Ical
Anda bisa memiliki segalanya, tapi jangan yang satu ini
Biarkan ini tetap menjadi milik kami
Biarkan kami meneriakkan gairah kami pada permainan yang satu ini
Bagi kami inilah ekstasi untuk sejenak melupakan kepenatan kami atas kerasnya hidup yang mungkin
tidak pernah anda rasakan sejak anda menghirup udara di dunia ini
Biarkan kami meneriakan nama-nama pahlawan kami kami: Bambang Pamungkas! (bukan bambang soesatyo), Markus Horison! (bukannya (melchias) markus mekeng), Firman Utina! (tidak firman
soebagyo)

Bung Ical
Tidak kah anda melihat dan cemburu karenanya?
Bagaimana kami melonjak, berteriak dan tersenyum bahagia sekedar dapat melihat pujaan kami
Kami teriakkan nama-nama mereka dengan cinta tanpa pamrih rupiah
Irfan Bachdim!!! Christian Gonzales!!! Okto!!
Saat ini mereka adalah pahlawan kami
Pahlawan dengan parfum keringat yang menetes, bukannya armani
Pahlawan yang berkaus basah dan bercelana pendek, bukan pahlawan dalam setelan jas dan dasi
Pahlawan di lapangan rumput, tidak di gedung berpendingin ruangan di senayan

Tidak kah bung bertanya, mengapa kami menjadikan mereka pahlawan?
Karena mereka mencoba dengan sekuat tenaga, dengan keringat dan air mata membuat kami bahagia
Oleh karenanya, apapun hasil perjuangan mereka, nama mereka akan selalu lekat di hati kami,
mereka tetap pahlawan kami
Kami pun bahagia menjadi bagian dari perjuangan mereka, walau sekedar teriakan penyemangat
Akan kami ceritakan saat-saat perjuangan mereka kelak kepada anak cucu kami

Bung Ical
Anda berkeinginan untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini kelak
Oleh karena itu jangan biarkan remah-remah simpati yang tersisa pada kami lenyap
Anda mungkin ingat ungkapan : "we may forgive, but we'll never forget"
Kami tidak bisa berbuat apa-apa, tapi kami akan ingat selamanya :Lapindo, penggelapan pajak...
Jangan anda tambah kekecewaan kami dengan merebut permainan ini dari kami
Jika anda ingin mendapat sedikit ucapan terima kasih dari kami
tolong anda bisikkan sesuatu kepada Nurdin agar ia segera menyingkir dari olahraga ini

Terima kasih bung Ical
Selengkapnya...

Kisah Mahasiswa Mengalahkan Dosennya

Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya".

"Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi. "Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan".

"Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau Agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?".


"Tentu saja," jawab si Profesor,

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada.

Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.

Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas."

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?" Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."

Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak.

Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak.

Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"

Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya.

Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak.

Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan.

Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."

Profesor itu terdiam.

Siapakah mahasiswa tersebut???


ALBERT EINSTEIN


Selengkapnya...